BAGAIMANA KAMU SELALU GEMBIRA ?

Agustus 20, 2009 at 2:04 pm (Renungan)

Seorang wanita bernama Frances berkenalan dengan seorang pemudi bernama Debbie di gereja. Debbie selalu kelihatan gembira dan senang, meskipun Frances mengetahui bahwa Debbie menghadapi banyak masalah di kehidupannya. Perkawinan yang lama ditunggunya secara cepat menjadi sebuah perceraian.
Dia harus berjuang sendiri dalam kehidupannya. Dia tidak memilihnya, tetapi dia memutuskan bahwa dia harus hidup menikmati sepenuhnya. Debbie aktif di sekolah minggu, dalam paduan suara dan sebagai pemimpin di kelompok gadis-gadis remaja di gerejanya. Frances sangat senang mengenal Debbie. Wajah Debbie selalu kelihatan gembira dan dia selalu menyapa Frances dengan pelukan.

Suatu hari Frances bertanya kepada Debbie, “Bagaimana kamu selalu gembira, selalu memiliki energi dan tidak pernah patah semangat ?”

Dengan mata bersinar, Debbie berkata,” Saya mengetahui rahasianya!”

“Apa rahasia itu? Apa yang kamu bicarakan ? ” tanya Frances.

Debbie menjawab, “Saya akan mengatakannya padamu semuanya, tetapi kamu harus berjanji untuk membagikannya kepada yang lainnya..”

Frances setuju, “Ok, sekarang apakah itu ?”

“Saya telah belajar bahwa hanya sedikit yang dapat saya kerjakan dalam hidup saya yang akan membuat hidupku menjadi bahagia. Saya harus bergantung pada Allah untuk membuat hidupku bahagia dan memenuhi kehidupanku. Ketika kebutuhan meningkat dalam kehidupanku, Saya harus percaya kepada Allah, bahwa Dia sanggup memenuhi menurut kekayaanNya. Saya telah belajar banyak bahwa saya tidak membutuhkan setengah dari yang saya pikirkan. Dia tidak pernah membuat saya terjatuh. Sejak saya belajar rahasia itu saya menjadi bahagia.”

Frances berpikir bahwa itu sangat sederhana. Tetapi ketika dia bercermin dalam hidupnya, saat dia berpikir dengan memiliki rumah yang besar akan bahagia, ternyata tidak. Saat dia berpikir memiliki gaji yang besar akan membuatnya bahagia, ternyata juga tidak. Kapan dia merasakan kebahagiaan itu? Yaitu saat duduk di lantai bersama cucunya , menikmati pizza sambil menonton film, merupakan hadiah dari Allah.

Debbie mengetahui rahasia itu, Frances telah belajar rahasia itu, dan anda sekarang mengetahuinya juga. Kita tidak dapat bergantung pada orang untuk membuat kita bahagia, hanya Allah dalam segala hikmatnya. Percaya padaNya. Dan sekarang saya memberikan rahasia itu kepada anda.

Maka anda sudah mengetahuinya, apa langkah selanjutnya?

Anda harus membagikan kepada orang lain juga.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

CINTA DAN KASIH

Agustus 20, 2009 at 1:59 pm (Renungan)

Kalau engkau terperangkap olehnya, cinta itu menjadi kematian bagimu. Cinta bagai misteri, datang dan pergi tanpa permisi. Anda tak perlu mencarinya karena cinta akan datang dengan sendiri. Anda tak dapat membelinya karena cinta tak dapat dihargai.

Cinta akan lahir dengan sendirinya tanpa kita ketahui kapan, dan tanpa kita ketahui kepada siapa. Jika suatu hari pasangan Anda mengatakan ” Aku tak mencintaimu lagi. ” Let it go. Biarkan berlalu karena cinta tak dapat dipaksakan. Jika dipaksakan cinta tersebut layaknya sebuah bom waktu, yang akan meledak menjadi kebencian.  Let it go.

Cinta akan datang kembali kepada Anda suatu waktu, mungkin dari orang yang pernah Anda cintai atau dari seseorang lainnya, Tuhan tak akan membiarkan Anda sendirian.

Lalu bagaimana dengan perasaan Anda yang ditinggalkan cinta?
Simpanlah dalam-dalam cinta tersebut. Kenanglah sebagai bagian dari masa lalu.
Menangislah jika perlu. Berbahagialah karena Anda pernah dicintai, berbahagia karena cinta pernah singgah di hati Anda.

Bagaimana jika cinta hilang dalam sebuah perkawinan?
Dalam suatu perkawinan cinta adalah cinta yang harus dipertanggungjawabkan, kepada Tuhan dan kepada suami atau istri dan kepada anak ( jika ada ). Anda tak dapat pergi begitu saja dengan mengatakan ” Aku tak mencintai kamu lagi.” Dalam sebuah perkawinan ” Anda ” adalah dua yang menjadi satu. ” Anda ” adalah suami/istri dan anda sendiri. Jangan turuti kemauan anda tapi turuti kemauan “Anda”.  Bagi Anda yang mencintai, ubahlah makna cinta menjadi KASIH.

Cinta itu bersemayam di dalam hati ( bukan di otak atau pikiran ), jika hati anda penuh dengan kasih, cinta tak akan pernah hilang dari diri Anda.

Kasih itu indah
kasih tidak cemburu
kasih itu menerima apa adanya dan memberi yang ada
kasih itu komitmen sehingga seseorang yang mempunyai kasih tak akan melupakan cintanya
kasih itu murah hati bukan murah cinta ( dalam hubungan asmara )
kasih itu rendah hati bukan merendahkan cinta
kasih itu mengampuni dan memaafkan
kasih adalah cinta sejati karena berasal dari Tuhan.
Tanamkan kasih di dalam hati Anda sejak awal maka cinta Anda tak akan hilang.

Tanamkan kasih maka Anda akan bertahan jika kekasih Anda mengatakan, ” Aku tak mencintaimu lagi. ” ( Berat memang, apalagi jika kita masih mengasihi dia ).

Jika Anda dan pasangan Anda memiliki kasih, Anda berdua boleh berujar :
” Orang ke tiga ? Siapa takuttt…………….”

Sebab ada tiga hal yang terpenting dalam hidup ini yaitu iman, pengharapan dan kasih dan yang terbesar diantaranya adalah kasih.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

TIPS MEMULAI HARI DENGAN CERAH

Agustus 20, 2009 at 1:52 pm (Renungan, Uncategorized)

Hari yang cerah bukan ditandai dengan matahari yang bersinar terang atau udara yang sejuk, melainkan dari hati dan pikiran yang segar. Kecerahan suatu hari dimulai dari diri anda sendiri. Kita tahu bahwa sesuatu yang dimulai dengan baik merupakan separuh dari pencapaian tujuan.
Karena itu, memulai aktivitas hari ini dengan kecerahan suasana adalah modal besar untuk menyelesaikan hari dengan baik pula. Bagaimana memulai hari dengan cerah sangat dipengaruhi oleh pola hidup kita.

Berikut beberapa tips ringan agar kita bisa memulai hari dengan cerah.

1–Mulailah dari malam hari.
Kita tak bisa berharap bangun dengan segar jika di malam harinya tak cukup tidur nyenyak. Hari esok yang cerah dimulai dari malam ini. Bila anda masih mempunyai masalah, yakinlah masih ada waktu esok untuk menyelesaikannya lebih baik lagi. Malam ini, beristirahatlah sebaik-baiknya.

2–Bangun pagi lebih pagi.
Bangunlah lebih pagi daripada terbitnya matahari. Jumpai keheningan dan kesunyian. Pagi buta adalah saat yang tepat untuk menemukan sisi damai dalam diri anda.

3–Damaikan pikiran dan tentramkan jiwa
Jangan terburu melakukan aktivitas. Resapi saja suasana pagi yang damai ini. Berdoa,sampaikan syukur atas hidup yang masih diberikan pada kita dan bersaat teduh.

4–Segarkan tubuh.
Minum air. Hirup aroma tea atau kopi yang menyegarkan. Berjalan-jalanlah keluar. Pompa udara banyak-banyak ke dalam paru-paru. Lakukan olahraga ringan, Mandi dengan air segar. Bersihkan tubuh baik-baik. Tetaplah mengingat janji anda tadi pagi untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semesta hari ini.

5–Dapatkan sarapan secukupnya.
Isi perut anda secukupnya. Sarapan yang baik adalah modal untuk kebugaran tubuh anda sepanjang hari. Jangan asal kenyang, namun cukupkan kebutuhan energi dan gizi.

6–Sapalah orang-orang yang anda jumpai.
Terbarkan senyum. Tak peduli apakah matahari bersinar cerah atau mendung menggayut, sapalah orang-orang yang anda jumpai. Tanyakan kabar mereka, maka jangan terkejut jika mereka pun akan membalas senyum anda.

7–Jangan mengeluh
Apa pun yang terjadi, entah itu hari hujan, jalanan macet, kereta datang terlambat, kendaraan mogok, atau apa pun yang terjadi, terimalah semua itu apa adanya. In everything, give thanks.

Selamat bekerja serta selamat bercerah hari

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

SI TUKANG KAYU

Agustus 20, 2009 at 1:49 pm (Renungan)

Written by Jack
Monday, 05 May 2008
Seorang tukang kayu tua bermaksud pension dari pekerjaannya di sebuah perusahaan kontruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut kepada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada si tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk miliknya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia Cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya.

Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri karirnya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahan itu datang melihat rumah yang dimintainya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu“ katanya ”hadiah dari kami”. Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesal. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi dalam kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan, kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadari sejak semula, kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkanlah rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat dari sikap dan pilihan yang kita perbuat di hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Agustus 20, 2009 at 1:47 pm (Renungan)

Berkat di Balik Kabut

Seorang petani bijak mengerjakan ladangnya yang tandus bersama seorang putranya dan seekor kuda. Pada suatu hari kudanya melarikan diri ke hutan. para tetangga menyatakan rasa simpati mereka atas nasib sial yang menimpa petani itu. “Sial?”, kata petani itu. “Bagaimana Anda tahu ini suatu kesialan?”

Seminggu kemudian, kuda itu kembali bersama sepuluh ekor kuda liar. ketika itu para tetangga memberi selamat atas kemujurannya. “Mujur?”, ujar sang petani. “Bagaimana Anda tahu ini suatu kemujuran?”

Cukup tepat, beberapa hari kemudian putranya mencoba menunggang salah satu kuda-kuda liar itu dan mengakibatkan salah satu kakinya patah. Maka petani itu kehilangan pembantu satu-satunya. Para tetangga berkumpul kembali untuk menyatakan rasa simpati atas nasib sial yang menimpa keluarga petani itu. “Bagaimana Anda tahu ini nasib sial?” kata petani bijak itu.

Beberapa minggu kemudian, perang berkecamuk dan tentara-tentara dating ke tempat itu untuk merekrut semua pria muda sebagai pasukan perang. Tetapi mereka tidak mengikutsertakan orang-orang yang cacat, termasuk anak petani itu, si pemuda yang patah kakinya.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Agustus 20, 2009 at 1:46 pm (Renungan)

Angkat Matamu ke Atas

Suatu ketika  seorang anak muda berjalan-jalan di trotoar dan menemukan kepingan uang logam senilai Rp 100,-. Sejak saat itu ia selalu mengarahkan matanya ke tanah ketika berjalan kaki. Setelah 30 tahun, ia berhasil mengumpulkan barang-barang : banyak uang logam yang bila ditotal nilainya sekitar Rp 10.000,- ; 18.203 kancing dan 34.309 peniti.

Sebagai akibat dari kebiasaan berjalan menunduk itu, punggungnya tumbuh bungkuk dan postur tubuhnya setengah lingkaran. Ia telah kehilangan keindahan dan kemuliaan cahaya matahari, senyum para sahabat, keindahan warna bunga dan pepohonan, langit biru dan awan putih yang lembut dan segala sesuatu yang menjadikan hidup ini terasa lebih bermakna.

Bukalah matamu dan angkatlah kepalamu. Engkau mungkin akan kehilangan beberapa keeping uang logam di tanah, tetapi engkau akan menyaksikan semua keindahan yang membuat hidup ini menjadi suatu petualangan yang menakjubkan.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Agustus 20, 2009 at 1:39 pm (Renungan)

Beban Berat

Seorang dosen sedang memberikan kuliah tentang “Manajemen Stress

Ia mengangkat segelas air yang bertanya kepada mahasiswanya, “Seberapa berat Anda kira segelas air ini?”

Mahasiswa menjawab mulai dari 20 gram sampai 500 gram.

“Ini bukan masalah berat absolutnya, tetapi tergantung seberapa lama Anda memegangnya. Jika saya memegang hanya selama satu menit, tidak ada masalah. Jika saya memegang selama satu jam, maka lengan Saya akan sakit. Dan jika Saya memegangnya satu hari penuh, mungkin Anda harus memanggilkan ambulans untuk Saya!!!

Beratnya seharusnya sama tetapi semakin lama Anda memegangnya maka bebannya akan semakin berat.”

“Jika kita membawa beban kita terus menerus, lambat laun kita tidak akan mampu membawanya lagi. Beban itu akan meningkat beratnya. Apa yang harus kita lakukan adalah meletakkan gelas tersebut, istirahat sejenak sebelum mengangkatnya lagi.”

Kita harus meninggalkan beban kita secara periodic agar lita dapat menjadi lebih segar dan mampu membawanya lagi.

Jadi sebelum pulang rumah dari pekerjaan sore ini, tinggalkan beban pekerjaan. Jangan bawa pulang. Beban itu dapat diambil lagi besok.

Apapun beban yang ada di pundak Anda sekarang, coba tinggalkan sejenak apabila bisa.

Setelah istirahat sejenak, nanti dapat diambil kembali.

Hidup ini singkat, jadi cobalah menikmatinya dan memanfaatkannya…!! Hal
terindah dan terbaik
di dunia ini tak dapat dilihat, atau disentuh, tapi dapat dirasakan jauh
di relung hati kita.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Anjing Kecil

Mei 22, 2008 at 1:16 pm (Renungan)

Seekor anak anjing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya.

Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya.

Kata kuda itu : “Kamu pasti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui kalau pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya, sebab saya bisa mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.

Anjing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi.

Lalu dia mendengar seekor sapi di kandang sebelah berkata : “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab nyonya di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemooh.

Teriak seekor domba : “Hai sapi, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya, saya memberi mantel bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi omonganmu soal anjing kecil itu, kayanya kamu memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam percakapan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu.

Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, kucing bangga bagaimana dia telah mengenyahkan tikus-tikus pengerat dari ladang itu. Semua binatang sepakat kalau si anjing kecil itu adalah mahluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan kontribusi apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, anjing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya, sedih rasanya sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan lagi…..

Ada seekor anjing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu menyimak keluh kesah si anjing kecil itu.

“Saya tidak dapat memberikan pelayanan kepada keluarga disini, sayalah hewan yang paling tidak berguna disini.”

Kata anjing tua itu : “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati, kamu tidak bisa memberikan telur, susu ataupun bulu, tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Sang Pencipta untuk membawa kegembiraan.”

Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan tampak amat lelah karena perjalanan jauh di panas terik matahari, anjing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan anjing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.

Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, serta berkata : “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini, kamu sungguh yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini, kecil kecil kamu telah mengerti artinya kasih…”

Jangan sedih karena kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain karena memang tidak memiliki kemampuan untuk itu, tetapi apa yang kamu dapat lakukan, lakukanlah itu dengan sebaik-baiknya….. Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

90/10

Mei 22, 2008 at 1:12 pm (Renungan)

Udah pernah denger ‘Prinsip 90/10-nya Stephen Covey belum? Menurut beliau, dalam hidup kita ini:

– 10% terjadi karena apa yang KITA ALAMI…
– 90% sisanya ditentukan dari cara KITA BEREAKSI…

Kita tentu tidak bisa mengendalikan yang 10% itu. Buru-buru ke kantor karena ada meeting, tapi jalanan macet…Pesawat delay, gajian telat masuk, hidung pesek, muka jerawatan, badan pendek, dan seabrek hal lain yang kadang kita keluhkan. Kita memang nggak bisa mengontrol pesawat yang delay, hidung yang pesek, gaji yang telat masuk, ban mobil bocor, dan banyak hal lainnya, tapi kita bisa mengontrol yang 90%, REAKSI KITA ketika hal-hal itu terjadi.

Ya, reaksi kita. Punya hidung pesek, muka jerawatan, terus apa reaksi kita? Marah-marah? Jadi murung dan rendah diri? Terus hidung kita jadi mancung, muka jadi mulus? Kan nggak…Reaksi negatif yang kita keluarkan hanya membuat kita makin jauh dari jalan keluar, dan lupa bahwa ada banyak nikmat lain yang kita punya.

Contoh lain lagi: Bangun kesiangan, baru ingat kalau pagi ini ada meeting di kantor. Buru-buru ganti baju (tanpa mandi dan gosok gigi seadanya), minum kopi, daaaannnn…kopi tumpah ke baju. Apa reaksi kita? Ngomel sambil ganti baju? Di mobil masih ngedumel dan makin ngedumel karena jalanan macet. Takut telat, akhirnya maksa minta jalan, daaannnn..nyenggol mobil di kanan. Bemper mobil penyok, orang yang mobilnya tersenggol marah, harus bayar ganti rugi. Akibatnya? Sampai kantor malah makin telat…

Hari yang dimulai dengan situasi yang buruk, jika diteruskan dengan reaksi yang buruk juga, akan membuat semua makin buruk. Lebih parah, bahkan. Kejadiannya buruknya cuman 10%, reaksi kita menyumbangkan 90%, jadi benar-benar besar pengaruh reaksi kita itu. Kejadiannya bisa jauh berbeda kalau kita menghadapinya dengan lebih tenang, santai, dan kepala dingin. Dimulai dengan hal yang sama, tapi akhirnya bisa berbeda, lagi-lagi karena reaksi kita.

Prinsip 90/10 ini memang manjur berats. Membuat hidup lebih enteng kalau buat saya yang doyan ngomel ini (:P). Ada orang yang fitnah, walaupun sempat marah, tapi terus ya udah lah, biarin aja, saya percaya karma. Bangkrut dan menghabiskan uang ratusan puluhan juta saat mulai belajar bisnis dengan serius tahun lalu, ya coba relakan (walaupun nyesek bangeut sih, uangnya bisa buat apa gitu tuh hehehe). Anggap-anggap itu tabungan kegagalan, kita jadi belajar (belajar yang sangat mahaaalllll huhuhu), dan sukses pasti bakalan datang kalau kita terus usaha kan…? Amien…

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Membuat Perubahan

Mei 22, 2008 at 1:08 pm (Renungan)

Ini adalah sebuah kisah tentang seseorang:

Saya seorang mantan guru sekolah musik dari Des Moines, Iowa. Saya mendapat nafkah dengan mengajar piano – selama lebih dari 30 tahun. Selama itu, saya menyadari tiap anak punya kemampuan musik yang berbeda. Tapi saya tidak pernah merasa telah menolong walaupun saya telah mengajar beberapa murid berbakat.

Walaupun begitu, saya ingin bercerita tentang murid yang “tertantang secara musik”. Contohnya adalah Robby.

Robby berumur 11 tahun, ketika ibunya memasukkan dia dalam les untuk pertama kalinya. Saya lebih senang kalau murid (khususnya laki-laki) mulai ketika lebih muda, saya jelaskan itu pada Robby. Tapi Robby berkata, ibunya selalu ingin mendengar dia bermain piano. Jadi saya jadikan dia murid.

Robby memulai les pianonya dan dari awal saya pikir dia tidak ada harapan. Robby mencoba, tapi dia tak mempunyai perasaan nada maupun irama dasar yang perlu dipelajari. Tapi dia mempelajari benar-benar tangga nada dan beberapa pelajaran awal yang saya wajibkan untuk dipelajari semua murid.

Selama beberapa bulan, dia mencoba terus dan saya mendengarnya dengan ngeri dan terus mencoba menyemangatinya. Setiap akhir pelajaran mingguannya, dia berkata, “Ibu saya akan mendengar saya bermain pada suatu hari.”

Tapi rasanya sia-sia saja. Dia memang tak berkemampuan sejak lahir. Saya hanya mengetahui ibunya dari jauh ketika menurunkan Robby atau menjemput Robby. Dia hanya tersenyum dan melambaikan tangan tapi tidak pernah turun.

Pada suatu hari, Robby tidak datang lagi ke les kami. Saya berpikir untuk menghubunginya, tapi karena ketidakmampuannya, mungkin dia mau les yang lain saja. Saya juga senang dia tidak datang lagi. Dia menjadi iklan yang buruk untuk pengajaran saya!

Beberapa minggu sesudahnya, saya mengirimkan brosur ke tiap murid, mengenai pertunjukan yang akan dilaksanakan. Yang mengagetkan saya, Robby (yang juga menerima brosur) menanyakan saya apakah dia bisa ikut pertunjukan itu. Saya katakan kepadanya, pertunjukan itu untuk murid yang ada sekarang dan karena dia telah keluar, tentu dia tak bisa ikut. Dia katakan bahwa ibunya sakit sehingga tak bisa mengantarnya ke les, tapi dia tetap terus berlatih.

“Bu Hondrof.. saya mau main!” dia memaksa.

Saya tidak tahu apa yang membuat saya akhirnya membolehkan dia main di pertunjukan itu. Mungkin karena kegigihannya atau mungkin ada sesuatu yang berkata dalam hati saya bahwa dia akan baik-baik saja.

Malam pertunjukan datang. Aula itu dipenuhi dengan orang tua, teman, dan relasi. Saya menaruh Robby pada urutan terakhir sebelum saya ke depan untuk berterima kasih dan memainkan bagian terakhir. Saya rasa kesalahan yang dia buat akan terjadi pada akhir acara dan saya bisa menutupinya dengan permainan dari saya.

Pertunjukan itu berlangsung tanpa masalah. Murid-murid telah berlatih dan hasilnya bagus. Lalu Robby naik ke panggung. Bajunya kusut dan rambutnya bagaikan baru dikocok.

“Kenapa dia tak berpakaian seperti murid lainnya?” pikir saya. “Kenapa ibunya tidak menyisir rambutnya setidaknya untuk malam ini?”

Robby menarik kursi piano dan mulai. Saya terkejut ketika dia menyatakan bahwa dia telah memilih Mozart’s Concerto #21 in C Major. Saya tidak dapat bersiap untuk mendengarnya.

Jarinya ringan di tuts nada, bahkan menari dengan gesit. Dia berpindah dari pianossimo ke fortissimo… dari allegro ke virtuoso. Akord tergantungnya yang diinginkan Mozart sangat mengagumkan! Saya tak pernah mendengar lagu Mozart dimainkan orang seumur dia sebagus itu!

Setelah enam setengah menit, dia mengakhirinya dengan crescendo besar dan semua terpaku disana dengan tepuk tangan yang meriah. Dalam air mata, saya naik ke panggung dan memeluk Robby dengan sukacita.

“Saya belum pernah mendengar kau bermain seperti itu, Robby! Bagaimana kau melakukannya?”

Melalui pengeras suara Robby menjawab, “Bu Hondorf.. ingat saya berkata bahwa ibu saya sakit? Ya, sebenarnya dia sakit kanker dan dia telah berlalu pagi ini. Dan sebenarnya.. dia tuli sejak lahir jadi hari inilah dia pertama kali mendengar saya bermain. Saya ingin bermain secara khusus.”

Tidak ada satu pun mata yang kering malam itu. Ketika orang-orang dari Layanan sosial membawa Robby dari panggung ke ruang pemeliharaan, saya menyadari meskipun mata mereka merah dan bengkak, betapa hidup saya jauh lebih berarti karena mengambil Robby sebagai murid saya.

Tidak, saya tidak pernah menjadi penolong, tapi malam itu saya menjadi orang yang ditolong Robby. Dialah gurunya dan sayalah muridnya. Karena dialah yang mengajarkan saya arti ketekunan, kasih, percaya pada dirimu sendiri, dan bahkan mau memberi kesempatan pada seseorang yang tak anda ketahui mengapa.

Peristiwa ini semakin berarti ketika, setelah bermain di Desert Storm, Robby terbunuh oleh pengeboman yang tak masuk akal oleh Alfred P. Murrah Federal Building di Oklahoma pada April 1995, ketika dilaporkan… dia sedang main piano.

Kita semua mempunyai ribuan kesempatan tiap hari untuk menyadari rencana Tuhan. Banyak sekali interaksi antara dua orang memberi kita suatu pilihan: Apakah kita meneruskan percikan Ilahi? Atau kita membiarkan kesempatan itu, dan membiarkan dunia semakin dingin dalam prosesnya?

Seorang teman mengalikan kesenangan dan membagi kesedihan

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar

Next page »